Senin, 11 Februari 2013

Cerpen Islami : Romantika Cinta di Pesantren 1


Sungguh ku tak ingin melewati malam ini. Malam yang tak pernah kuharapkan sama sekali. Jika aku bisa berharap, aku akan berharap agar tidak adanya malam ini. Karena mungkin malam ini adalah malam terakhirku dengan ukhti ila. Dan aku tak mau itu. Sungguh aku tak mau yaAllah.
            “Kenapa sepi ya? Nisa ndak ingin cerita ni sama Ukhti?” Tanya ukhti ila memecah keheninggan kamar, sambil memindahkan barang-barangnya ke tas yang akan ia bawa pulang esok.
            “Ndak mau! Nisa ingin istirahat saja.” Jawabku dengan nada sedikit marah.
“Ya sudah, selamat tidur adikku. Jangan lupa berdo’a dulu” Kalimat yang hampir setiap malam ukhti ila tuturkan kepadaku.
Malam ini sulit untukku memejamkan mata. Saat kulihat jam dinding, waktu menunjukkan pukul 02.30.
#KREKK…. Suara pintu terbuka.
Segera ku tutup mataku kembali, dan berpura-pura tidur. Aku tau itu Ukhti Ila, karena Ukhti ila memang rajin sekali untuk sholat malam.
YaAllah YaRobb
Malam ini aku bersimpuh kepadaMU
Tiada daya dan upaya selain atas izinMU
Izinkan aku berlutut menghadapMu
Izinkan aku bermunajah kepadaMu
Serta izinkan aku menangis karnaMU
Wahai dzat yang mampu membolak-balikan hati
Sungguh hati ini sakit ketika melihat sahabat kita sendiri mencintai orang yang juga kita cintai
Karenanya,
Balikkan rasa sakit dihati ini
Jadikan rasa ini menjadi rasa ikhlas karnaMU
Sungguh ku percaya takdir cintaku berada ditanganMU
Ilahi
Aku menyayangi Nisa melebihi sayangku kepada Fahri
Namun takkan mengurangi rasa sayang dan cintaku terhadapMu
Sungguh ku tak sanggup menyakitinya
Ku tak ingin melihat sedihnya
Ku tak ingin ada tangisan darinya
Jangan biarkan senyumnya berganti dengan kesedihan
Dan jangan biarkan tawanya berganti menjadi tangisan
Karna ku tak sanggup untuk melihatnya
Tak terasa air mata ini mengalir deras dipipiku. Tak sanggup lagi rasanya aku mendengar do’a ukhti Ila. Segera ku beranjak dari tempat tidur mendekati ukhti Ila yang saat itu masih menenakan mukenah putihnya.
            “Kenapa ukhti ndak pernah cerita? ” Tanyaku.
            “Cerita apa Nisa?”
            “Ukhti, Nisa mendengar semua do’a ukhti. Hati Nisa teriris sakit. Nisa merasa menjadi orang yang paling bodoh. Nisa sudah lama mengenal ukhti, tapi kenapa Nisa baru mengetahuinya sekarang? Maafkan Nisa ukhti, Maafkan Nisa….”
Tangisan ini makin menjadi.
            “Nisa, dengarka Ukhti. Melihat tawa Nisa sudah merupakan bahagia untuk ukhti. Selama ini ukhti sendirian. Sejak kehadiran Nisa, ukhti merasa ada yang berbeda dikehidupan ukhti. Ukhti merasa mempunyai teman, ukhti merasa mempunyai seorang adik dan ukhti merasa bahagia sekali. Ukhti rela melakukan apa saja asal Nisa bahagia. Karena bahagia Nisa adalah bahagia ukhti ”
Tanpa berkata apapun, langsung ku peluk ukhti ila dengan tangisku.
YaRobb…
Mungkin banyak yang KAU sayang di dunia ini
Karena memang KAU maha penyayang
Namun saat ini,
Akulah yang merasa paling KAU sayang
KAU tunjukkan rasa sayangMU dengan menghadirkan Ukhti Ila di kehidupanku
Berkahi hidupnya YaAllah
Berikan kemudahan disetiap langkahnya
Serta jadikan ia hamba pilihanMU
**
Cerpen Islami : Romantika Cinta di Pesantren
Pagi yang cerah. Namun tak secerah perasaanku. Sungguh hatiku ingin menjerit dan mengatakan
“Jangan pergi ukhti.. jangan pergi”
Namun kemantapan Ukhti Ila membuatku tak berdaya serta membuatku tak mampu untuk mengatakannya. Kesedihan ini tak hanya aku yang merasakan. Semua santri juga merasakannya. Ukhti Ila memang sosok yang dikagumi hampir semua santri karena kebaikan dan kebijaksaannya. Umi Sarah dan Aba Ahmad juga menyayangkan kepergian santri kesayanganya itu. Namun ini semua adalah pilihan Ukhti Ila. Hanya Allah yang dapat menghentikannya.
            “Kamu mau kemana Ila?” Tanya seorang pemuda.
            “Mas Fahri?” Jawab Ukhti Ila terkejut.
            “Kenapa kamu tidak memberitahuku sama sekali? Apa kamu sudah lupa dengan teman kecilmu ini?”
Ukhti Ila hanya terdiam dan menunduk mendengar mas fahri berbicara.
            “Lailatul Istiqomah, dihadapan aba dan umiku, dihadapan santri-santri disini, serta di hadapan Allah tentunya, aku ingin mengatakan aku sungguh mencintaimu. Dan aku ingin engkau menjadi yang halal bagiku karna Allah. Aku ingin meminangmu karena kerendahan hatimu, karena keindahan akhlakmu, karena kehalusan tutur katamu, karena kebaikan sikapmu, dan karena kedekatanmu denganNYA, dengan sang Maha Pencipta”
Pernyataan mas Fahri mengejutkan semua yang ada disana termasuk aku. Kecuali Umi Sarah dan Aba Ahmad yang terlihat santai dengan pernyataan yang diucapkan putranya.
Seketika itu ukhti Ila menoleh ke arahku. Mungkin ukhti Ila mengakhawatirkan perasaanku. Tapi aku tersenyum pada ukhti Ila, pertanda aku mendukung sekali dan akan menjadi orang yang paling bahagia jika Ukhti Ila menerima pinanangan Mas Fahri. Ukhti Ila yang mengerti akan makna senyumannku langsung mengatakan sesuatu.
            “Jika memang kita di takdirkan untuk bersama, insyaAllah aku bersedia”
Nurul Hasanah
Kalimat yang di ucapkan Ukhti Ila membuat semua yang ada disana tersenyum bahagia. Ukhti Ila berlari mendekatiku, kemudian memelukku dengan tangis bahagianya.
            “Syukron Nisa…”
Sungguh indah kebesaranMU YaRobb
Dan indahnya itu hanya KAU yang tau
Ku yakin akan semua takdirMU
Termasuk jodohku
Jika mas Fahri bukanlah cinta yang KAU pilih untukku
Ku yakin KAU telah siapkan yang lebih indah dari itu
Dan ku percaya
Semua kan hadir atas izinMU
Kelak jika KAU berkehendak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar